Selasa, 10 Agustus 2010

Mahasiswa oh Mahasiswa

Saya begitu terkesima ketika membaca buku SISTEM POLTIK INDONESIA karya dari Inu Kencana Syafiie yang mengkategorikan mahasiswa sebagai kekuatan politik di republik ini, buku ini menerangkan bahwa:

Mahasiswa merasakan betul bahwa baru saja tamat SMA begitu duduk di bangku perguruan tinggi, terasa dunia milik mereka, apalagi dengan semangat yang membara ingin memeperjuangkan dan memenengkan kebenaran, ditambah oleh kuliah oleh dosen-dosen yang idealis. (Inu Kencana Syafiie & Azhari 2005)
Saya sepakat dengan pernyataan diatas, “saya kan mahasiswa” jadinya merasakan betul pernyataan itu.

Kampus memang tempat mimbar bebas untuk mengawali kami mengenal kehidupan politik, kami mendeklarasikan partai politik kampus dan sebuah komunitas sebagai wadah pemikiran untuk mewujudkan atmosfer kampus yang kami inginkan, menggunakan sebagian fasilitas kampus sebagai tempat berdiskusi, seperti di kantin, lobby, taman kampus, masjid, lapangan dll. Ngobrolin politik emang santapan paling enak di diskusi kami, mengapa tidak yang ada di otak teman-teman adalah selain semangat nasionalisme, mereka ingin berkarya di kampus tercinta sebelum semuanya lulus kuliah. Menarik bukan?

Partai dan komunitas kami tidak memandang kebelakang, artinya kami tidak mengharuskan berfaham 1 ideologi, kami menerima faham ideology manapun asal mereka bersedia melepas ideologinya itu ketika bersama kami dan menggunakan ideologinya itu ketika tidak bersama kami, maksud saya kami tidak mau ada perang ideology yang bisa memecah belah persatuan, dan kami pun anti yang namanya bercerai-berai.

Terus bagaimana dengan teman-teman yang HEDON, apathies & cuek akan aktivitas politik di kampus, yang kerjaannya Cuma K4 (kost-kampus-kantin-kost). Atau mungkin kalau saya berpendapat bahwa kuliah bukan prioritas utama mereka, itu sebabnya mereka cuek terhadap kehidupan kampus yang sebenarnya, atau mungkin mereka menganggap aktivitas politik itu adalah omong kosong?.

Menurut saya, teman-teman mahasiswa khususnya yang dari luar pulau jawa yang kuliah contohnya di Jogjakarta seperti saya, banyak juga yang menomorduakan kuliah atau bukan menjadi prioritas utama, tetapi ke jogja Cuma ingin menginjak tanah jawa saja, ingin mengenal budaya jawa seperti apa, atau ingin terbebas dari pengawasan orang tua,ikut-ikutan karena melihat pacarnya bisa saja kan? Sosialisasi mungkin cara yang ampuh.

Tetapi mari kita berfikir positif saja, Mahasiswa apathies bukan penghalang bagi mereka untuk berkarya, bahkan mereka bisa saja dijadikan kekuatan politik yang mengerikan, seperti kami ini berawal dari mahasiswa cuek akan politik kampus yang pada akhirnya berkecimpung juga.

Tidak ada komentar: