Sabtu, 21 Agustus 2010

PENGERTIAN SEKULARISME

Menurut Ensiklopedi Britania, menyebutkan bahwa “sekularisme” adalah sebuah gerakan kemasyarakatan yang bertujuan memalingkan dari kehidupan akhirat dengan semata-mata berorientasi kepada dunia. Gerakan ini dilancarkan karena pada abad-abad pertengahan, orang sengat cenderung kepada Allah dan hari akhirat dan menjauhi dunia. Sekularisme tampil untuk menghadapinya dan untuk mengusung kecendrungan manusiayang pada abad kebangkitan, orang menampakkan ketergantungan yang besar terhadap aktualisasi kebudayaan dan kemanusiaan dan kemungkinan terealisasinya ambisi mereka terhadap dunia.
Lalu orientasi kepada sekularisme yang merupakan gerakan perlawan terhadap agama dan ajaran Masehi terus berlanjut di celah-celah sejarah modern seluruhnya.

Di Kamus Dunia Baru oleh Wipster merinci makna Sekularisme dengan menyebutkan sebagai berikut, Yaitu:
Semangat Keduniaan atau orientasi “duniawi” dan sejenisnya. Secara khusus adalah undang-undang dari sekumpulan prinsip dan prakterk (practices) yang menolak setiap bentuk keimanan dan ibadah.
Keyakinan bahwa agama dan urusan-urusan gereja tidak ada hubungannya sama sekali dengan soal-soal pemerintahan, terutama soal pendidikan umum.

Di Kamus Oxford menyebutkan sebagai berikut,
Sekularisme artinya bersifat keduniaan atau materialisme, bukan keagamaan atau keruhaniaan. Seperti pendidikan sekuler, seni atau musik sekuler pemerintahan sekuler, pemerintahanyang bertentangan dengan gereja.
Sekularisme adalah pendapat yang mengatakan bahwa agama tidak layak menjadi fondasi ahlak dan pendidikan.

Sementara di Kamus Internasional Modern ketiga menyebutkan:
Sekularisme ialah suatu pandangan dalam hidup atau dalam satu masalah yang berprinsip bahwa agama atau hal-hal yang bernuansa agama tidak boleh masuk ke dalam pemerintahan, atau pertimbangan-pertimbangan keagamaan harus dijauhkan darinya. Maksudnya adalah: Politik sekuler murni dalam pemerintahan, misalnyayang terpisah sama sekali dari agama.

Sekularisme juga adalah undang-undang akhlak sosial yang berlandaskan pemikiran yang mewajibkan ditegakkannya nilai-nilai prilaku dan moral menurut kehidupan modern dan solidaritas sosial tanpa memangdang kepada agama.
Adapun seorang orientalis bernama Arberriy dalam bukunya, Ad-Dien fi Asy-Syarqi Al-Awsath, mengatakan berkenaan dengan sekularisme sebagai berikut,
Materialisme sekuler dan humanistik serta aliran naturalisme semuanya merupakan bentuk dari sekularisme sebagai ciri khas Eropa dan Amerika yang fenomenanya tampak di Timur tengah. Ia tidak membuat satu model pun dalam filsafat atau etika tertentu? Contoh utamanya adalah pemisahanagama dari pemerintahan pada Republik Turki.

Kesimpulan
Sekularisme ialah memisahkan agama dari kehidupan individu atau sosial dalam artian agama tidak boleh ikut berperan dalam pendidikan, kebudayaan maupun dalam hukum.
Dengan kata lain: Sekularisme ialah memisahkan Allah Ta’ala dari hukum dan undang-undang mahluk-Nya. Allah tidak boleh ikut mengatur mereka seakan-akan tuhan mereka adalah diri mereka sendiri, berbuat sesukanya dan membuat hukum sesuai seleranya.

Kamis, 19 Agustus 2010

Hargai Apa Yang Kita Miliki

Pernahkah kalian mendengar kisah Helen Kehler?
Dia adalah seorang perempuan yang dilahirkan
dalam kondisi buta dan tuli.

Karena cacat yang dialaminya, dia tidak bisa
membaca, melihat, dan mendengar. Nah, dlm
kondisi seperti itulah Helen Kehler dilahirkan.

Tidak ada seorangpun yang menginginkan
lahir dalam kondisi seperti itu. Seandainya
Helen Kehler diberi pilihan, pasti dia akan
memilih untuk lahir dalam keadaan normal.

Namun siapa sangka, dengan segala
kekurangannya, dia memiliki semangat hidup
yang luar biasa, dan tumbuh menjadi seorang
legendaris.

Dengan segala keterbatasannya, ia mampu
memberikan motivasi dan semangat hidup
kepada mereka yang memiliki keterbatasan
pula, seperti cacat, buta dan tuli.

Ia mengharapkan, semua orang cacat seperti
dirinya mampu menjalani kehidupan seperti
manusia normal lainnya, meski itu teramat sulit
dilakukan.

Ada sebuah kalimat fantastis yang pernah
diucapkan Helen Kehler:

"It would be a blessing if each person
could be blind and deaf for a few days
during his grown-up live. It would make
them see and appreciate their ability to
experience the joy of sound".

Intinya, menurut dia merupakan sebuah anugrah
bila setiap org yang sudah menginjak dewasa
itu mengalami buta dan tuli beberapa hari saja.

Dengan demikian, setiap orang akan lebih
menghargai hidupnya, paling tidak saat
mendengar suara!

Sekarang, coba kita bayangkan sejenak....

......Anda menjadi seorang yang buta
dan tuli selama dua atau tiga hari saja!

Tutup mata dan telinga selama rentang waktu
tersebut. Jangan biarkan diri Anda melihat
atau mendengar apapun.

Selama beberapa hari itu Anda tidak bisa
melihat indahnya dunia, Anda tidak bisa
melihat terangnya matahari, birunya langit, dan
bahkan Anda tidak bisa menikmati musik/radio
dan acara tv kesayangan!

Bagaimana Bro? Apakah beberapa hari cukup berat?
Bagaimana kalau dikurangi dua atau tiga jam saja?

Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja,
bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur
atas apa yang kita miliki. Kesempurnaan yang ada
dalam diri kita!

Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah
keluhan demi keluhan.... Hingga tidak pernah
menghargai apa yang sudah kita miliki.

Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan
kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati
oleh orang lain. Ya! Kemewahan utk orang lain!

Coba kita renungkan, bagaimana orang yang
tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah
kemewahan yang luar biasa baginya.

Helen Kehler pernah mengatakan, seandainya ia
diijinkan bisa melihat satu hari saja, maka ia yakin
akan mampu melakukan banyak hal, termasuk
membuat sebuah tulisan yang menarik.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika kita
mampu menghargai apa yang kita miliki, hal-hal
yang sudah ada dalam diri kita, tentunya kita akan
bisa memandang hidup dengan lebih baik.

Kita akan jarang mengeluh dan jarang merasa susah!
Malah sebaliknya, kita akan mampu berpikir positif
dan menjadi seorang manusia yang lebih baik.

Selasa, 10 Agustus 2010

Mahasiswa oh Mahasiswa

Saya begitu terkesima ketika membaca buku SISTEM POLTIK INDONESIA karya dari Inu Kencana Syafiie yang mengkategorikan mahasiswa sebagai kekuatan politik di republik ini, buku ini menerangkan bahwa:

Mahasiswa merasakan betul bahwa baru saja tamat SMA begitu duduk di bangku perguruan tinggi, terasa dunia milik mereka, apalagi dengan semangat yang membara ingin memeperjuangkan dan memenengkan kebenaran, ditambah oleh kuliah oleh dosen-dosen yang idealis. (Inu Kencana Syafiie & Azhari 2005)
Saya sepakat dengan pernyataan diatas, “saya kan mahasiswa” jadinya merasakan betul pernyataan itu.

Kampus memang tempat mimbar bebas untuk mengawali kami mengenal kehidupan politik, kami mendeklarasikan partai politik kampus dan sebuah komunitas sebagai wadah pemikiran untuk mewujudkan atmosfer kampus yang kami inginkan, menggunakan sebagian fasilitas kampus sebagai tempat berdiskusi, seperti di kantin, lobby, taman kampus, masjid, lapangan dll. Ngobrolin politik emang santapan paling enak di diskusi kami, mengapa tidak yang ada di otak teman-teman adalah selain semangat nasionalisme, mereka ingin berkarya di kampus tercinta sebelum semuanya lulus kuliah. Menarik bukan?

Partai dan komunitas kami tidak memandang kebelakang, artinya kami tidak mengharuskan berfaham 1 ideologi, kami menerima faham ideology manapun asal mereka bersedia melepas ideologinya itu ketika bersama kami dan menggunakan ideologinya itu ketika tidak bersama kami, maksud saya kami tidak mau ada perang ideology yang bisa memecah belah persatuan, dan kami pun anti yang namanya bercerai-berai.

Terus bagaimana dengan teman-teman yang HEDON, apathies & cuek akan aktivitas politik di kampus, yang kerjaannya Cuma K4 (kost-kampus-kantin-kost). Atau mungkin kalau saya berpendapat bahwa kuliah bukan prioritas utama mereka, itu sebabnya mereka cuek terhadap kehidupan kampus yang sebenarnya, atau mungkin mereka menganggap aktivitas politik itu adalah omong kosong?.

Menurut saya, teman-teman mahasiswa khususnya yang dari luar pulau jawa yang kuliah contohnya di Jogjakarta seperti saya, banyak juga yang menomorduakan kuliah atau bukan menjadi prioritas utama, tetapi ke jogja Cuma ingin menginjak tanah jawa saja, ingin mengenal budaya jawa seperti apa, atau ingin terbebas dari pengawasan orang tua,ikut-ikutan karena melihat pacarnya bisa saja kan? Sosialisasi mungkin cara yang ampuh.

Tetapi mari kita berfikir positif saja, Mahasiswa apathies bukan penghalang bagi mereka untuk berkarya, bahkan mereka bisa saja dijadikan kekuatan politik yang mengerikan, seperti kami ini berawal dari mahasiswa cuek akan politik kampus yang pada akhirnya berkecimpung juga.